Last Words for HMS ITB
“Akhirnya sang senja mendekati ufuknya, setelah penantian panjang dalam petualangan yang luar biasa bermakna. Maka kini izinkan dia untuk terbenam dalam horizon akhir perjuangan yang penuh dengan kenangan.”
Tak akan pernah kusangka, akhirnya aku mencapai penghujung perjalanan sebagai anggota HMS ITB. Sebuah tanda yang menandakan bahwa waktuku akan usai, dan segera bersedia untuk melambaikan tangan kepada para barisan muda yang siap melanjutkan. Kini masa baktiku telah usai, mau tidak mau, semua pasti berakhir. Dan itu berarti saatnya mengatakan sesuatu yang tidak pernah tersadar akan begitu cepat datang menjemput, yakni perpisahan.
Telah lama aku menunggu untuk menuliskan goresan judul terakhir teruntuk HMS ITB. Dulu aku hanyalah seorang kuya yang cuman bisa temenung melihat para bos-bisnya larut dalam haru mengucapkan kata-kata terakhir di kala penghujung waktu akhir masa baktinya. Dan berpikir bagaimana kelak diri ini dapat menyampaikan kata-kata terakhirnya sendiri. Akan jadi hal yang sangat indah, ketika bisa membuat kenangan yang tak terlupakan ketika berpisah. Namun semakin lama menunggu semakin membuat tidak siap. Bukan perkara yang mudah untuk merangkainya, entah karena merasa banyak rencana yang belum terealisasi atau merasa belum banyak yang bisa diberikan kepada himpunan ini. Namun perpisahan adalah sebuah kepastian. Siapa yang menyangka harus mengucapkan perpisahan dari kejauhan, di saat dunia tengah dilanda musibah pandemi seperti ini. Walaupun tidak bisa menitipkannya secara langsung tapi tak apa setidaknya semoga tulisan ini akan abadi.
“Karena perpisahan bukan berarti berhenti. Karena tiap akhir sebuah cerita, menandakan akan terciptanya cerita baru pula. Dan akhir cerita ini semoga menjadi kenangan yang berharga. Karena bagiku kenangan adalah abadi. Meski waktu telah berlalu, segala memoar akan tersimpan dalam sanubari dan menjadi pengigat di kala sepi. Karena satu yang kuyakini, selalu ada bahagia di setiap ujung perjalanan.”
HMS ITB: Sebuah Rumah Berbagi Cerita, Pembelajaran, dan Harapan serta Tak Lupa: Perjuangan!
Hijau. Salah satu warna kesukaanku sedari kecil. Warna yang selalu kupilih dari banyak gradasi warna yang lainnya. Warna yang nyaman dan membuatku betah untuk berlama — lama memandanginya. Warna yang pernah dan akan selalu menjadi kebanggaan selamanya. Warna identitasku. Warna Himpunanku. HMS.
Bicara tentang hijaunya HMS bicara tentang perjuangan dan pergerakan yang terjadi di dalamnya. Bicara HMS adalah bicara tentang sebuah rumah aktualisasi, bicara tentang wadah kontribusi, dan bicara tentang tempat berkarya. Ya, sebuah organisasi yang menghabiskan hampir sebagian hidupku di kampus. Sebuah organisasi berbasis perhimpunan mahasiswa keprofesian yang akhirnya membuatku benar — benar jatuh cinta kepadanya.
Perjalanan mengenal HMS menjadi faktor besar yang memotivasiku masuk jurusan teknik sipil. Oktober 2015, di tengah riuh padannya barikade hijau tua yang mengarak para lulusan terbaiknya seketika menghipnotis mata ini untuk terus memandangi kagum. Seketika ada dorongan kuat untuk bertekad menjadi salah satu bagian sejarah dari mereka. Ya, sejenak diri ini berjanji akan menjadi bagian hebat dari parade besar itu dan menunjukkan ke massa kampus betapa hebatnya himpunan ini.
Sang waktu berlalu membawaku semakin dekat dengan mimpi itu. Akhirnya atas seizin Pencipta aku ditakdirkan untuk menjadi bagian dari jurusan Teknik Sipil ITB dan itu berarti selangkah lebih dekat dengan HMS ITB. Namun perjalanan itu bukanlah spontan, ada rangkaian panjang yang harus kulalui sebelum resmi mengenakan jaket hijau tua.
Kaderisasi pasif menjadi gerbang pertama untuk mengenal HMS lebih dekat. Setidaknya di dalam diri terpatri tekad kuat tidak mau menyiakan kesempatan dalam mengikutinya. Akhirnya tekad itu yang membawa sebuah semangat perubahan dari dalam diri. Merubah seorang yang setahun berlalunya mahasiswa hanya dihabiskan dengan diam dan mengurusi diri sendiri bermetamorfosa menjadi seorang yang sangat ingin bermanfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Maka Osjur menjadi laboratorium pertama dalam mentransformasi diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepan.
Mengikuti semua rangkaian orientasi membuatku memandang bahwa himpunan ini bukanlah sembarang himpunan. Iya, aku dulu hanya memandang bahwa entitas himpunan hanya sekedar menjadi ladang agitasi komunal dengan bualan kebersamaan. Namun himpunan ini berbeda, mereka sanggup merubah paradigma itu menjadi forum-forum diskusi yang mengutamakan kedalaman intelektual dan olah pikir kritis mahasiswanya. Setidaknya hal itu memberikan asa bagiku yang cukup malu untuk membuka diri, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk belajar dan berkembang terlepas dari siapa dan darimana mereka.
Waktu mulai melaju dan kebersamaan lama kelamaan mulai terjalin dan terpupuk sendirinya. Kini, semua dari kami dikenalkan oleh sebuah entitas baru yang seketika menjadi sebuah keluarga dekat bernama, Angkatan. Aku sendiri sangat merasakan bagaimana peran angkatan sangat membantu dalam menjalankan proses berkembang selama di himpunan ini. Project pertama yang diinisiasi atas nama angkatan dan tidak disangka diamanahkan kepadaku, puji syukur berhasil diselenggarakan dan membubuhkan secercah harapan besar bagi generasi termuda ini dalam melalui semua prosesnya nanti secara bersama-sama
Hari demi hari berlalu, Tantangan tidak semakin surut justru semakin bertambah berat. Susah senangpun selalu mewarnai lika-liku perjalanannya. Meskipun begitu, tetap saja prinsip saling membantu selalu menjadi prioritas utama. Karena kita sudah berjanji bersama diatas tanda sakral bernama keluarga.
Bersyukur rasa saling bantu itu masih terjaga hingga kini. Ketika ada yang dipanggil mengemban tugas di himpunan dan harus rela waktunya tersita, ada teman-teman yang setia membantu di belakang layar. Maka tugas besar angkatan baik di kuliah maupun di himpunan sama-sama kami libas dengan lancar tanpa menimbulkan korban. Kini, ketika keluarga bernama angkatan ini tinggal menyisakan beberapa orang di dalamnya, kami masih tetap bahu membahu membantu sekuat tenaga. Seringkali tetap menanyakan kabar, sesekali membantu jika ada yang memang dibutuhkan. Kami pernah mengalami rasanya ditinggal anggota keluarga, dan karena itu kami sadar betapa pentingnya menjaga sekuat tenaga ketika masih ada kesempatan.
Setidaknya kehidupan berkemahasiswaan di himpunan tak selamanya hanya memproduksi momen kebahagiaan. Tangis, sakit hati hingga kekecewaan tak lupa hadir mewarnai jejak-jejak peristiwa. Cacian, tidak dihargai, dianggap apatis, hingga hukuman sebagai balasan atas konsekeunsi terkadang masih terngiang sampai kini. Tapi untungnya, kita masih mau menjalaninya bersama-sama. Sambil juga tetap menyemangati teman-teman yang mulai ragu dan berpikir untuk balik kanan kemudian pulang saja.
Aku pun sama, pernah merasakan juga. Gagal menjadi danlap wisuda, tidak terpilih menjadi koormat, hingga hukuman push-up ratusan kali pernah merajamku. Dan setiap dari kami psati punya lembaran cerita kekecewaan masing-masing. Tapi setidaknya semua itu memberikan sebuah pelajaran berharga, bahwa kontribusi tidak memandang eksistensi. Karena kami semua sudah berkhitbah untuk tulus ikhlas membantu dan membangun HMS hingga semua tenaga dan keringat sudah tidak lagi mampu melakukannya.
“Semua manusia tidak akan pernah bisa menebak takdirnya, semua yang kita rencakan tidak selalu terwujud dan tercapai. Adakalahnya kita harus terjatuh untuk mendapatkan hal indah. Namun tugas manusia bukanlah menebak takdir tapi mengusahakan yang terbaik karena itu adalah bentuk menghargai sebuah kehdiupan yang Tuhan berikan.”
Kini waktu semakin berlalu, tapi kita tidak akan pernah lupa dengan dinginnya malam yang dihabiskan dengan segudang kenangan yang terukir. Hari-hari yang kami habiskan untuk melaksanakan forum-forum hingga menginap bersama di sekre, atau berjuang menyelesaikan tugas akhir bersama hingga sekadar mengajak mencari angin segar tengah malam sambil makan indomie dobel dan teh hangat niscaya akan selalu menjadi hal yang dirindukan. Capeknya mengajak orang untuk datang MA, acara hura-hura internal yang selalu rame dan dipenuhi gelak tawa, suporteran yang penuh arogansi apalagi ketika bersua merah timur jauh, hingga acara-acara terpusat berjahim yang selalu kita jaga keidealannya. Semua itu akan menjadi bagian tak terpisahkan dari buku kehidupan kami di himpunan ini.
Jalan Juang
Bagiku berjuang untuk HMS adalah memulai menciptakan cerita perjuangan untuk membangun bangsa ini kelak. Perjalananku kemudian berlanjut ketika diamanahinya peran sebagai nahkoda kapal tua untuk membawanya mengarungi samudera kemahasiswaan selama setahun kedepan.
Menjadi Ketua himpunan adalah menjadi manusia yang bersiap memperbaiki keadaan, tetapi bersiap pula untuk melihat bahwa perbaikan ini tidak akan pernah sempurna dan ikhtiar itu tidak pernah selesai. Disini aku belajar bagaimana mengelola sebuah miniatur bangsa yang mempunyai anggota sekitar 500 orang dengan beragam sifat dan karakter untuk dibawa kepada satu tujuan besar yaitu mimpi sang pemimpin.
“Jika dan hanya jika aku anggota HMS maka ketua himpunan adalah pemimpinku”
Sebuah doktrin yang akhirnya membuatku sadar bahwa tangung jawab pemimpin sangat besar dan berat kepada anggotanya. Mengutip pesan dari salah seorang teman bahwa “Pemimpin yang baik itu adalah yang mencintai dan dicintai oleh anggotanya.” Maka menjadi Ketua Himpunan adalah belajar peduli terhadap orang lain, belajar bekerja ikhlas tanpa harap kembali, belajar sepenuh hati demi himpunan ini. Menjadi Ketua Himpunan berarti pula belajar untuk berintegritas dengan melaksanakan apa yang kita katakan, belajar untuk loyalitas dengan konsisten terhadap komitmen juang yang diikrarkan, dan belajar untuk totalitas dengan tidak memberikan celah pada satu alasan kecilpun untuk meninggalkan perjuangan yang ada. Karena hanya dengan itulah kita akan benar-benar memaknai arti sebenarnya dari filosofi sebuah cinta.
Jika ada pertanyaan apa yang kudapatkan setelah menghabiskan masa bakti di kampus sebagai ketua himpunan? Aku hanya menjawab sebuah pengalaman berharga yang mungkin tidak semua orang akan mengalaminya. Walaupun lelah dan sakitnya sendirian, namun percayalah kebahagiaan telah menghapus semua hal itu dan membuat kenangan yang sangat luar biasa, dan mungkin tidak bisa dirasakan orang lain yang melihatnya. Karena aku percaya apa yang kita perjuangkan sekarang, yakinlah cepat atau lambat akan berguna bagi diri kita dan sekitar kita, entah kini ataupun nanti.
Kutitipkan Hijauku
“HMS adalah anggotanya”
Slogan HMS diatas serasa menjadi sebuah doktrin yang selalu terngiang di benak pikiran anggotanya. HMS adalah sebuah himpunan yang mewadahi anggotanya, dimana setiap orang dapat berkembang disini. Hipotesis mahasiswa kini tentang suasana dulu yang lebih kondusif untuk bergerak karena didukung kondisi dan generasi merupakan asumsi tak berdasar yang keluar dari mulut seorang pengecut. Jadi buatlah HMS yang ideal sesuai zaman kalian. Karena kembali HMS adalah anggotanya.
Membangun HMS seperti membangun sebuah bangunan. Bangunan ini sudah sejak lama berdiri dengan kokoh walau tidak bisa dipungkiri partisi-partisi reyot telah menghiasi sudut-sudutnya. Kita berdiri di atas pondasi utuh kemahasiswaan yang berdasarkan Pancasila dan kebenaran akademik. Dipancang dan dikuatkan oleh landasan Kemandirian, Keadilan, Persamaan dan Pemberdayaan. Guna tercapainya tujuan luhur sang pendirinya untuk membina kekeluargaan, memperjuangkan kepentingan anggota dan mengabdi pada Bangsa.
Setelah berjuang selama bertahun-tahun mewujudkan mimpi dan kegelisahan aku tahu bahwa waktu memang tidak akan serasa cukup untuk mewujudkan semuanya. Selanjutnya kutitipkan hijauku kepada kalian wahai generasi penerusku. Kejarlah hal — hal yang telah kuperjuangkan namun tak sampai ini. Perjuanganku mohon untuk diteruskan dan dilanjutkan. Mulailah dengan memperbaiki dan membuat sistem yang ideal mulai dari BPA x BP x Kesenatoran. Konsistenlah membudayakan sistem sapa di HMS sehingga tidak ada lagi problema gap angkatan. Dan Giatlah untuk menurunkan semangat kaderisasi kepada setiap generasi muda HMS kelak.
Rutinkan selalu penyebaran nilai dan esensi kepada setiap anggota HMS. Dan cari terus value & sejarah HMS kemudian tuliskanlah pada sebuah buku besar sejarah HMS yang berisi perjalanan panjang HMS sebagai sebuah himpunan yang semakin tua yang harusnya semakin bijak dalam bergerak dan berkarya. Jalin terus relasi baik dengan Alsi, FKMTSI, desa mitra sibades, dosen, pemerintah, pihak swasta, seluruh elemen masyarakat yang dapat terkait dan semua orang yang pernah dan sedang terlibat hubungan dengan HMS. Dan jangan ragu untuk mebuat gerakan dan karya yang sustain demi membuat HMS ini lebih baik lagi. Setelah semua perjalananmu selesai, jadilah abang — abang yang baik kawan, demi mengawal adik — adikmu selanjutnya dalam menggapai mimpi besar mereka.
Terakhir lanjutkan mimpiku tentang #HMSReborn sebagai wadah yang adaptif, #ExploreHMS sebagai wadah yang Inklusif dan #HMSkuRumahku sebagai Rumah yang nyaman untuk berkembang dan selalu menjadi tempat kembali bagi anggotanya ketika lelah berjuang. Bagiku HMSkuRumahku merupakan sebuah asa dimana tempat ini akan selalu menjadi tempat berkembang yang optimal bagi anggotanya di ruang — ruang aktualisasi mereka.
Ketahuilah himpunan ini terbangun dengan segudang potensi besar baik internal maupun eksternal untuk dapat memberikan dampak dan manfaat bagi nusa dan bangsa. Namun kita tetap harus sadar bahwa HMS hanyalah sebuah wadah kosong, kitalah yang mengisinya sehingga menjadi sebuah wadah berisi yang kelak dapat memberi manfaat bagi banyak anggotanya. Maka teruslah gelisah, teruslah berjuang menggapai mimpi, hingga suar — suar keraguan menjadi sorak sorai tepuk tangan.
Jalan masih panjang, kawan!
“Jangan bangga menjadi anggota HMS, banggalah ketika kau bisa memberikan sesuatu yang berdampak untuk HMS.”
Menciptakan HMS ideal adalah sebuah perjuangan panjang, kawan. HMS yang ideal adalah ketika semua anggotanya dapat berjalan ideal. Semua ini bukan hanya tugas ketua himpunan, namun seluruh peran yang ada di HMS. Mulai dari pemimpin hingga anggotanya. Mulai dari legislator hingga eksekutor. Mulai dari swasta hingga kuya. Mimpi sebuah organisasi tak akan pernah tercapai jika elemen — elemen di dalamnya tidak membersamai dan mengawalnya dengan baik. Dan elemen — elemen itu adalah anggotanya.
Akhir perjalanan panjang dalam mengurus sebuah himpunan adalah pertanyaan tentang mau dibawa kemana dan seperti apa himpunan ini selanjutnya. Ya, sebuah perjalanan akan menjadi sia — sia jika ternyata mimpi yang diusung dibiarkan bergitu saja menguap tak berbekas. Maka, aku menitipkan HMSku ini agar dapat menjadi kontributor nyata bangsa kedepannya.
Sebuah tanggung jawab di akhir, bahwa kedepannya HMS sudah harus bisa menjadi sebuah himpunan yang mampu berkontribusi untuk pengembangan Indonesia kelak. Melalui upaya — upaya inovatif dan kreatif dari anggotanya dalam memaksimalkan potensi yang ada menjadi sebuah kontribusi nyata kedepannya. Dengan meningkatkan pergerakan keilmuan teknik sipil sebagai ranah dalam pemberdayaan dan pergerakan anggotanya.
Terakhir, Aku selalu merasa HMSKu adalah Rumahku. Itu berarti HMS bukan hanya tempat beraktualisasi, bukan hanya tempat bercengkrama, bukan hanya tempat yang nyaman bersama
teman — teman. Tapi selalu menjadi tempat yang nyaman untuk kembali. Kau boleh berkelana sejauh apapun, berkontribusi, dan beraktualisasi di manapun dan kapanpun. Namun HMS selalu ada sebagai tempat pulang bagi anggotanya yang telah lelah berjuang.
Ya, sebuah tempat yang menjadi awal cerita kita melejitkan diri di kampus ganesha ini. Ia selalau tetap berada disana tidak berpindah sedikitpun meskipun semua dari kita telah berpisah.
Akhir Perjalanan menjadi anggota HMS ITB.
Awal dan akhir dari perjalanan di HMS dimulai ketika terpakainya jahim di pundak dan diakhiri oleh perayaan penonhiman oleh sang Kahim. Kini aku berada di penghujung fase ini. Titik dimana perjuangan akan segera berakhir dan tinggal menunggu waktu untuk akhirnya rehat dan menjadi penikmat dari kejauhan. Banyak hal yang kupikirkan tentang HMS. Mimpi, cita, dan asa mengalir dalam darah yang memicu untuk selalu bergerak dan terus berkarya di himpunan ini. Sekarang perjuangan ini akan segera berakhir, entah selanjutnya semua ini hanya akan menjadi sebuah hal yang lalu atau dapat menjadi sebuah sejarah panjang pergerakan.
Aku orang yang sangat tertarik akan sejarah. Selama menunaikan masa bakti di HMS serasa sejarah itu hanya diturunkan dan didengar oleh beberapa orang saja. Lalu cerita — cerita perjuangan itu sering terkubur dan tidak dilanjutkan kepada generasi — generasi berikutnya. Mungkin ini kegelisahan terakhir yang akhirnya tercipta semasa menjadi anggota.
Akhirnya atas dasar kegelisahan itu aku mencoba menulis. Menulis adalah caraku menikmati karunia Tuhan. Entah ada yang membaca atau tidak, setidaknya aku sudah berusaha mengupayakan agar sejarah itu tidak hilang. Ada beberapa buku yang aku dan teman-temanku buat untuk dapat menjadi gerbang waktu supaya para generasi baru tidak ragu untuk melangkah maju.
Dan khusus untuk tulisan ini adalah rangkaian akhir dari gagasan, cita-cita dan asa yang belum terealisasi dan berharap untuk dilanjutkan. Tulisan ini ditujukan sebagai rasa hormat bagi himpunan yang kutinggalkan khususnya kepada massa HMS ITB sebagai keluarga yang telah berjuang bersama. Namun semua peninggalan ini belumlah sempurna dan aku beharap karya pengabdian terakhirku bagi HMS ini dapat disempurnakan oleh generasi penerusku.
Gracias HMS!
Bagiku, menjadi HMS adalah tentang berjuang hari demi hari, menyuarkan asa, menggampai mimpi, tak kenal berhenti dimanapun dan kapanpun hingga semua amanah ini berakhir. Waktunya telah tiba untuk mengatakan terimakasih kepada semua orang yang terlibat dalam proses yang hebat ini.
Terimakasih kepada Allah Swt atas karunia-Nya yang mempertemukanku dengan himpunan ini. Terimakasih kepada kedua orang tua yang selalu mendukung dan mensupport yang terbaik untuk anaknya. Terimakasih kepada Kaprodi dan jajaran pengurus TU pada tahun kepengurusan Bapak Abduh juga seluruh dosen dan civitas akademika yang terlibat. Terimakasih kepada seluruh bagian dari BP Pelopor Perjuangan sebagai satu kesatuan Tim Hebat yang telah berjuang bersama-sama membangun HMS termasuk jajaran BPA-Senator 2018/2019. Terimakasih terkhusus keluarga paling hebat selama di ganesha, SABANA angkatan 15. Terimakasih juga tak lupa untuk semua perangkat angkatan (kawis, kakad, ketang, dll) yang telah berjuang dengan ikhlas dan tanpa dibayar. Dan terimakasih yang utama untuk seluruh anggota HMS lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membersamai ruang pengabdian ini. Dan terimakasih ku terkhusus kepada kamu, orang yang sudah membuka kisah perjalanan panjangku sebagai seorang anggota HMS ITB. Semoga yang terbaik untukmu. Dan aku tunggu pengabdianmu.
Dengan segala ketulusan hati dan kedalaman pikiran aku sangat sadar akan kekurangan dan kesalahan selama menjadi anggota HMS. Maka aku ingin meminta maaf kepada kalian semua yang pernah atau sedang kusakiti dan kukecewakan. Mohon maaf untuk para bos-bis atas ketidakbecusan selama menjadi sang adik, dan mohon maaf untuk para kuya-kuyi atas ketidakidealan selama menjadi sang kakak. Aku juga terkhusus meminta maaf karena tidak dapat mengenal semua keluargaku satu persatu dan membantu kalian dikala membutuhkan. Semua kesalahan ini murni dari saya, sedangkan yang benar semata-mata hanyalah dari Tuhan Yang Maha Esa. Sekali lagi mohon maaf, semoga sang waktu dapat memperbaiki semuanya.
PAMIT
Akhir perjalanan ini aku ingin mengatakan bahwa tidak ada kado kekecewaan bagi mereka yng telah mengabdikan diri sepenuh hati. Ya, Pengabdaian adalah sebuah jalan juang yang mengantarkanku pada rasa bersyukur atas semua pengalaman hidup yang tak ternilai harganya semasa menjadi ketua himpunan.
Aku datang dengan keterbatasan, tetapi aku puas, aku tersenyum melihat senyuman dari kalian yang boleh hadir dan mengisi relung pengabdian dan mengibarkan harapan di masa — masa akhir baktiku.
Mulai kedepan aku akan kembali menjadi manusia biasa, melepas semua amanah ini dan tak bisa lagi menjadi bagian dari kalian untuk merasakan semua euforia dan memandangi wajah gelora semangat setiap anggota keluarga dari sekitar mereka. Mulai sekarang aku memang sudah bukan lagi anggota kalian, namun doaku akan senantiasa hadir mengisi barisan — barisan pergerakan himpunan ini. Walau kata — kata, orasi, dan kehadiranku tidak muncul lagi menghiasi perjalanan HMSku ini namun aku percaya mimpiku takkan sirna dan akan abadi jauh — jauh dikemudian hari. Kutitipkan HMSku Padamu.
Selanjutnya himpunan ini akan kutitipkan kepadamu. Kutitip semua keluargaku, perlakukan mereka selayak dan sebenar-benarnya keluarga. Demi, HMS ITB yang lebih baik.
“Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, tersakiti, yang telah dan tengah mencari, dan mereka yang telah mencoba. Karena, merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.”
Di HMS inilah kita belajar bergerak dan menggerakkan. Menjadi
penggerak dan menjadi agen perubahan dalam rangka transformasi
demi menuju satu harapan.
Kepada warna yang telah menyatukan kita
Selalu dan tiada kan pernah bosan
Untuk HMS yang lebih Baik
1,2,3 Ijo Ijo Ijo!
Anggi Renaldy Pratama
Ex-15015100